AHMAD
SYARIF BURHAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVESITAS NEGERI MAKASSAR
2013
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berkaca dari sejarah perjalanan pendidikan jasmani yang
dimulai sejak zaman penjajahan sampai saat ini maka banyak terjadi pasang surut
terhadap perkembangannya. Sejarah merupakan segala sesuatu yang menyangkut
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Oleh karena itu sejarah juga
merupakan guru yang senantiasa mengingatkan kita agar selalu terus tetap
belajar dari segala kejadian-kejadian yang dianggap tidak pantas
sebenarnya untuk terulang. Seyogyanya kita juga menyadari dan merenung sejenak
bahwa memang tak sepatutnya kita harus mengulang kembali segala peristiwa yang
dianggap buruk sebagai peristiwa catatan kelam masa lalu.
Orang yang hari ini sama seperti hari kemarin adalah
golongan orang yang merugi, orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin
tergolong orang yang celaka, sedangkan orang yang beruntung adalah orang yang
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari
hari ini dan kemarin.
Sebagai orang yang di dalam kehidupan
kesehariannya senantiasa berkecimpung serta bergelut dengan dunia pendidikan
khususnya pendidikan jasmani sudah seharusnya turut prihatin dengan kondisi
yang terjadi saat ini terhadap dunia pendidikan kita secara umum dan
secara khusus pendidikan jasmani. Kualitas outcome dari produk pendidikan
semakin hari dirasakan malah semakin menurun secara keseluruhan, degradasi
moral, lunturnya nasionalisme serta hilangnya kebanggan kepada bangsa sendiri
merupakan fenomena nyata dalam kehidupan. Hal ini patut dipertanyakan mengapa
demikian?
Seluruh kejadian ini bila disadari sebenarnya tidak mungkin
dapat terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan melalui satu proses sangat
panjang yang merupakan akumulasi dari apa yang dilakukan berupa
tindakan-tindakan menyimpang pada masa lampau. Fenomena ini bagaikan bom
waktu yang siap meledak kapan saja, mungin sekarang dentuman keras
ledakan tersebut terdengar. Segala fenomena baik itu yang mungkin dipandang
sebagai hal positif maupun negatif biasanya terlihat melalui tayangan
televisi merupakan cerminan keberhasilan dalam lingkup
pendidikan. Tidak hanya pendidikan yang dipandang secara umum, namun berkaitan
juga dengan pelaksanaan pendidikan secara khusus. Bila kita hendak memperbaiki
kondisi saat ini agar berubah menjadi lebih baik pada masa yang akan datang,
maka kita tidak dengan serta merta kita dapat langsung untuk merubahnya dengan
menyandarkan pada kondisi saat ini. Namun dengan melihat dan mempelajari
sejarah terlebih dahulu kita akan memulainya sebagai pijakan awal,
untuk melakukan pergerakan yang dianggap sebagai satu revolusi yang
diharapkan nantinya mampu untuk merubah seluruh kondisi pendidikan
juga termasuk pada pendidikan jasmani.
Oleh sebab itu marilah sejenak hendaknya kita melihat kilas
balik sejarah dan fenomena perjalanan tentang pendidikan jasmani dan
olahraga yang ada di tanah air. Melalui sejarah ini maka kita akan dapat melihat
pada sisi-sisi mana yang dapat dijadikan sebagai catatan catatan khusus yang
memang berepengaruh dan menjadi penyebab kemunduran dari pendidikan jasmani dan
olahraga.
PEMBAHASAN
A. Fenomena
Pengaruh Kurikulum Penjas
Perubahan kurikulum pendidikan yang dilakukan pemerintah
memberikan dampak yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu
sendiri. Perubahan kurikulum itu sendiri dengan sendirinya akan
menentukan juga arah dari pendidikan. Tentunya perubahan kurikulumm ini
seharusnya memiliki dasar yang kuat dan bukan didasari oleh faktor politik yang
sedang berkuasa.
Penetapan kurikulum pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah
dimulai dari tahun 1947. Pada waktu itu hanya 4 mata pelajaran;
Penjas/IPA/bahasa/Psikologi mungkin saja yang memang dianggap penting dan yang
ada hanya pelajaran itu saja. Namun yang tercatat sebagai awal penetapan
kurikulum dimulai sejak tahun 1974 kemudian terus berkembang sampai sekarang
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada
kurikulum mamerlukan waktu kurang lebih setiap sepuluh tahun. Namun yang
menjadi pertanyaan yang mendasar apakah perubahan kurikulum ini disebabkan
karena telah tuntasnya pencapain tujuan? atau karena kurikulum tersebut sudah
tidak relevan dengan kondisi zaman saat itu.
Perubahan kurikulum pendidikan ini jika karena fator pertama
tentunya bangsa indonesia harusnya sudah berada pada kondisi yang mana telah
dirancang sesuai harapan. Namun jika karena faktor yang kedua maka sesungguhnya
arah pendidikan bangsa ini tidak memiliki visi yang jelas. Jika pendidkan dalam
bangsa tidak memiliki visi yang jelas bagaimana mungkin akan melaksanakan misi
pendidikan. Jadi wajar saja bangsa indonnesia tidak mempunyai bentuk pada saat
ini. Jika di katakan sebagai orang timur yang memiliki tatakrama sopansantun
yang lembut yang terjadi saat ini tidaklah demikian. Jika berpikiran dan
memilki budaya barat juga tidak mencapai kemajuan dalam segala sendi kehidupan
yang menguasai iptek seperti negara-negara maju yang ada di benua
Amerika, Eropa dan lainya.
Perjalanan perkembangan kurikulum
pendidikan dimulai dari tahun :
1. Tahun 1950 ada kurikulum SD
yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”.
2. Tahun 1960 muncul “Kurikulum
Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”.
3. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum
1968″ pengganti “Kurikulum 1950″.
4. Tahun 1970 muncul “Kurikulum
Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.
5. Tahun 1975 disebut “Kurikulum
1975″ yang fokus pada pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta
Pendidikan Kewarnegaraan.
6. Pada tahun 1984 menyempurnakan
Kurikulum 1975 dengan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA).
7. Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu
muncul “Kurikulum 1994″.
8. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum
Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi Kurikulum Berbasis
Kebingungan.
9. Terakhir tahun 2006 muncul
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP).
Entah berapa tahun lagi ada
kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita jangan dijadikan
“kelinci percobaan”.
Pergantian kurikulum yang dilakukan sama halnya dengan
pergantian nama untuk penjas yang terjadi pada era kemerdekaan. Namun secara
prinsipnya tetap tidak terjadi perubahan hanya berganti nama saja. Sepertinya
setiap pergantian kurikulum pendidikan dari satu periode ke periode selanjutnya
tidak pernah memberikan keberpihakan pada pendidikan jasmani. Pada kurikulum
tahun yang berlaku pada tahun 1980-an jumlah jam pendidikan jasmani hanya 3 jam
pelajaran perminggu untuk tingkat SD sampai dengan SMA. Begitu juga pada
kurikulum di era tahun 1990-an juga tidak memiliki penigkatan. Bahkan untuk
kurikulum di era tahun 2000-an yang sudah mengalami perubahan
sebanyak tiga kali namun masih saja tidak memberikan perubahan yang
berarti bagi pendidikan jasmani.
Campur tangan pemerintah dalam menentukan arah pendidikan
tidak bisa dipisahkan dari kepentingan politis siapa yang menjabat pada saat
itu. Sedangkan pendidikan merupakan hal yang bersih seharusnya terlepas dari
segala kepentingan apapun. Jika dilihat dari sejarah pada tahun 1945
bahwa pendidikan jasmani dijadikan alat untuk dapat mempersiapkan ketahanan
negara yang berbentuk latihan militer. Melalui pendidikan jasmani mampu
membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi, sebagai media pembentukan
karakter yang dilakukan pada waktu itu. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya
kurikulum yang disusun oleh pemerintah tidak lepas dari apa yang menjadi
tujuan dari pemegang kekuasaan dan kondisi saat itu. Sehingga bisa jadi
kurikulum pendidikan di Indonesia ini berbasis kondisi dan situasi bukan
berdasarkan rancangan jauh kedepan yang memiliki pandangan-pandangan masa depan
yang ingin di rancang mau jadi apa nantinya.
Memanglah demikian jika pendidikan tidak lepas dari tanggung
jawab pemerintah karena dengan pendidikan akan dapat membentuk warga negara
yang sesuai dengan harapan dari negara tersebut. Oleh karena itulah perlunya
dan pentingnya disusun kurikulum yang akan menajdi rel pada saat berjalanya
program pendidikan. Namun yang sangat disayangkan bahwa kurikulum yang ada di
negra ini yang telah berjalan selama kurun waktu kurang lebih selama 68 tahun
terhitung sejak indonesia merdeka belum memberikan arah yang sanagt jelas mau
dibawa kemana pendidikan kita. Secara undang-undang sudah sangat jelas arah
tujuan pendidikan namun di dalam kurikulum sebagai pelaksana dari undang-undang
malah tidak mencerminkan arah pencapaiannya. Pencapaian yang didasarkan pada
skala jangka pendek (setiap tahun, menegah, dan pendapaian antara.
Sepanjang perjalanan perkembangan kurikulum yang dimulai
dari tahun 1950 proporsi untuk pendidikan jasmani seakan-akan dikesampingkan
dari sistem pendidikan seolah-olah sudah kurang diangggap penting. Yang terjadi
saat itu lebih ditekankan pada mata pelajaran berhitung atau matematika sampai
tahun 1975. Pada era tahun 1975 sampai era tahun 90 an merupakan
dipandang sebagai era propaganda politik dari pengusa pada saat itu yang lebih
dikenal dengan masa orde baru. Penekanan kurikulum adalah pada bagaimana dapat
mempertahankan kekuasaan dengan dalih pembentukan kewarganegaraan melalui
bidang studi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Propaganda dilakukan dengan
memberikan pandangan-pandangan terhadap peristiwa sejarah yang belum dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya setelah diketahui kebenaran sejarah saat
ini. Masa itu pelajaran di kenal dengan mata pelajaran Pergerakan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Memang jika di amati di Indonesia keberadaan dan
kdudukan pendidikan tidak lepas dari kepentingan politik yang seharusnya bersih
dari unsur-unsur tersebut. Karena pada prinsipnya tujuan pendidikan adalah
untuk membentuk kematangan mental dan sikap manusia secara indiviual sehingga
menjadi manusia yang bermanfaat untuk negara juga orang lain.
Kurikulum pendidikan yang dipakai saat ini adalah Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), untuk pelaksanaan pendidikan jasmani jika
dipandang lalu disesuaikan dengan kondisi keadaan yang sudah maju dan modern
maka ditemukan kelemahan dan kekurangan. Pelaksanaan pendidikan
jasmani terdapat pembatasan-pembatasan pada aktivitas cabang olahraga,
pembatasan ini dilakukan dalam bentuk pembagian cabang olahraga wajib dan
pilihan. Jika hal ini yang dilakukan bagaimana dengan peserta didik yang
harus bisa pada cabang olahraga wajib sedangkan ia sendiri tidak berminat atau
menyukai melalui aktivitas itu, sehingga pada saat pelaksanaan penjas peserta
didik melakukan dengan rasa terpaksa. Bagaimana mungkin akan mencapaia hasil
yang optimal jika dilakukan engan rasa terpaksa. Seharusnya pada pendidikan
jasmani tidak perlu dilakukan pembatasan pendekatan cabang olahraga. Hal ini
juga bertentangan dengan folosofis dari KTSP yang menekankan pelaksanaan di
sesuaikan dengan kondisi sekolah serta lingkungan. Seperti halnya untuk daerah
pesisir pantai, sungai kegiatan penjas lebih cocok pendekatannya melalui
aktivitas air; berenang, dayung dan lainnya. bukan penekannya untuk sepak bola,
volly dan lain-lain namun jika ada peserta didik yang berminat juga tidak
dilarang dilaksanakan.
B. Pendidikan
jasmani saat ini
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka menciptakan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Beragai cara sudah di tempuh guna mensiasati supaya apa yang
dicita-citakan dan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat
terwujud. Oleh karenanya keterlaksanaan sebuah proses pendidikan tergantung
dari apa yang direncanakan yang tertuang dalam cita-cita pendidikan itu
sendiri. Sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan secara utuh dan menyeluruh
perlu adanya langkah dan rencana stratejik .
Setiap
mata pelajaran memiliki ciri karakteristik tersendiri, secara langsung maupun
tidak langsung dengan sendirinya dari mata pelajaran memiliki hubungan
dan keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang
lain. Masing-masning memiliki peran dan fungsi sendiri dan saling mendukung
dalam pencapaian hasil belajar dari peserta didik. Oleh karena itu tidak
dapat memandang bahwa mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata
pelajaran yang lain. Sehingga karena dianggap penting maka mengorbankan mata
pelajaran yang dianggap tidak penting seperti pengaturan jumlah jam pelajaran.
Seperti kondisi yang terjadi saat ini beban belajar para peserta didik lebih
berat untuk mata pelajaran yang di laksanakan pada Ujian Nasional (UN). Jika
dilihat secara kuantitas jam belajar maupun secara beban materi yang harus
dipelajari. Jika hal ini dibiarkan terus berlarut berkepanjangan
akan dapat mengakibatkan tidak seimbangnya pertumbuhan para peserta didik,
apalagi tanpa disokong dengan kondisi fisik yang bugar. Kehadiran dari semua
mata pelajaran yang diberikan secara utuh menurut proporsinya dan jika
dilaksanakan sesuai dengan peran dan fungsinya akan membentuk peserta didik
yang memiliki pertumbuhan secara seimbang. Tidak memandang perkembangan jasmani
itu lebih penting dari perkembangan intlektualnya atau sebaliknya memandang
perkembangan intlektual itu lebih penting dari perkembanagn jasmaninya. Atau
mengedapankan kedua aspek tersebut, perkembangan jasmani dan
kecerdasannya sementara mengabaikan dari perkemangan perilaku dan
mentalnya. Oleh karena itu maka setiap mata pelajaran memiliki arti, fungsi dan
peran tersendiri yang sama pentingnya.
Setiap
mata pelajaran memang memiliki ciri khusus seperti pada mata pelajaran
matematika, bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Agama , Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) lebih dominan pada ranah kognitif. Artinya bagaimana otak
bekerja lebih di optimalkan untuk mampu terus berfikir. Sedangakan secara
khusus yang menangani pada aspek fisik hanya mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan saja. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap perkembanagn fisik seluruh peserta didik di sekolah. Melalui
pendidikan jasmani seluruh peserta didik diharapkan dapat memiliki
tubuh yang sehat dan bugar. Karena dengan memiliki tubuh yang sehat
tentunya peserta didik barulah bisa melakukan aktivitas belajar dengan nyaman.
Sehingga diharapkan nantinya akan dapat dengan memudahkan meraih prestasi
belajar yang maksimal.
Pelaksanaan
pembelajaran disekolah khusunya pada mata pelajaran pendidkan jasmani
keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh faktor guru. faktor guru memegang peran
yang sangat strategis. Karena keseharaian tugas seorang guru penjas memiliki
intensitas yang tinggi karena selain menyelesaikan tugas yang ada
disekolah, juga harus menyelesaikan tugas yang ada dirumah untuk menyiapkan
rencana pembelajaran untuk esok hari. Karena pada prinsipnya tugas
seorang guru penjas tidak dapat digantikan oleh guru mata pelajaran yang lain.
Oleh karena itu seorang guru pendidkan jasmani dituntut untuk dapat bekeja
secara profresional sebagai seorang guru.
Guru
pendidikan jasmani adalah individu yang memeperoleh pendidikan akademik
dan/atau profesional dari bidang penjas dalam berbagai jenjang serta memiliki
seperangkat kemapuan dan kewenangan untuk melakasanakan pendididkan melalui
aktivitas fisik. Hal yang serupa juga dikatakan bahwa guru penjas yang
profesional harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1).Memiliki kemampuan
merencanakan dan merancang program pembelajaran harian, mingguan, catur wulan
dan tahunan. 2). Kemampuan mendidik melalui aktivitas jasmani. 3). Kemampuan
mengevaluasi pembelajaran. 4). Kemampuan menggunakan hasil evaluasi untuk
kegiatan remidial.
Sehingga
sebenarnya guru penjas yang profesional adalah guru yang memiliki segenap
kemampuan yang digunakan untuk mendidik sehingga dapat mengembangkan peserta
didik secara selaras dan seimbang. Perkemangan peserta didik yang selaras dan
seimbang satu diantaranya adalah ditandai dengan dimilikinya kemampaun secara
fisik berupa kondisi badan yang sehat, jauh dari penyakit dikarenakan
berfungsinya sistem kekebalan tubuh. Untuk dapat memiliki sistem kekebalan
tubuh maka peserta didik harus senantiasa menjaga tingkat derajat kesehatan
atau kebugaran jasmaninya.
Pelaksanaan pendidikan jasmani disamping karena faktor
guru juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti; sarana dan
prasarana olahraga baik yang ada disekolah maupun yanga ada dilingkungan
masyarakat sebagai sarana untuk latihan, faktor biaya yang tersedia yang
mendukung kegiatan pendidikan jasmani.
Pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan jasmani yang
terjadi saat ini telah terjadi perubahan arah dan tujuan. Yang terjadi di
lapangan saat ini di kalangan para guru penjas sendiri terdapat dulisme
pandangan terhadap konsep tentang pendidikan jasmani di sekolah.
1.
Pandangan pertama memandang penjas
sebagai sarana untuk membantu mencapai perkembangan peserta didik secara
menyeluruh. Sehingga arah tujuan yang ingin dicapai adalah kesegaran
jasmani peserta didik.
2.
Pandangan yang kedua adalah
pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, memiliki
tujuan prestasi olahraga sehingga guru berupaya menjadikan peserta didiknya
untuk menjadi atlet. Merupakan suatu kebanggan bagi guru jika muridnya bida
menjadi atlet dan terus menajdi juara.
Konsep
tentang pendidikan jasmani menurut pandangan yang pertama, bahwa para guru
memahami konsep ini memang seperti apa yang diharapakan dalam pendidikan
jasmani yang sebenarnya. Artinya tujuan dari pelaksaan dalam PBM adalah
agar pererta didik memiliki kesegran jasmani sehingga akan dapat mengembangkan
kemampuan seluruh organ da sistem syaraf, peredaran darah, otot, persendian dan
tulang pada tubuh sehingga akan membantu para peserta didik dengan mudah untuk
mencapai prestasi belajar pada mata pelajaran lain.
Menurut
pandangan kelompok yang kedua memahami konsep tentang pendidikan jasmani adalah
bahwa pendidikan jasmani adalah mata pelajaran sendiri yang memiliki tujuan
untuk mencapai prestasio dalam bidang olah raga.nSehingga di dalam PBM yang
dilakukan bagaimana supaya siswa mampu memiliki keterapilan teknik gerakan.
Sehingga aktivitas mulai dari SD, SMP dan SMA jika dilihat dari arah dan tujuan
tidak lagi sesuai dengan harapan. Permasalahannya adalah para guru memiliki
pandangan dan tujuan yang berbeda-beda. Sehingga pada tataran pelaksanaanya
dilakukan sesuai dengan keingginan dari masing-masing guru. Pandangan
dari kebanyakan guru pendidikan jasmani bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani
adalah untuk mencapai prestasi karena pada usia sekolah sudah ada
perlombaan dan pertandingan yang dilaksanakan sampai tingkat nasional
(O2SN). Sehingga menyebabkan guru berlomba-lomba menjadikan peserta
didiknya untuk menjadi atlet, sehingga secara tidak langsung akan memberikan
dampak positif kepada guru bersangkutan. Jika padangan-pandangan
ini yang menyebabkan maka dapat disimpulkan bahwa faktor pemahaman konsep
tentang pendidikan jasmani oleh para guru juga satu dari penyebab mengapa
peserta didik tidak menjadi bugar.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan
seorang guru tergantung pada perencanaan yang buat sebelum pelaksanaan permbelajaran.
Sehingga arah dan alur pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih jelas, yang
disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran. Oleh karena itu untuk mengetahui
apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan maka diperlukanlah evaluasi
sebagai alat kontrol yang mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Yang
terjadi di lapangan sekarang ini pada saat pembelajaran para guru mengalami
kebingungan untuk melaksanakan penilaian, apakah penilaian terhadap proses dari
pembelajaran yang dijadikan indikator pengukuran dari penilaian atau penilaian
terhadap hasil atau produk. Sehingga bentuk penilaian yang digunakan pada saat
pembelajaran menjadi sangat beragam.
C. Pokok-pokok
pikiran
1. Pengaruh
Pemahaman Konsep tentang Penjas
Melakukan
perubahan dalam rangka memperbaiki satu kondisi pendidikan jasmani yang sudah
kacau bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Untuk dapat mewujudkan
perubahan maka terlebih dahulu harus dimulai dengan merubah paradigma
(mindsett) atau cara pandang para guru penjas yang selama ini telah mengakar
cukup lama dalam pikiran. perubahan tidak dapat langsung dilakukan secara
seluruh dan serempak namun dimulai dari skala yang kecil, kemudian
meningkat pada skala yang lebih luas. Oleh sebab itu langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memberikan pemahaman konsep tentang pendidikan jasmani kepada
para guru dengan benar. karena jika salah dalam memahami konsep dari pendidikan
jasmani maka tidak akan pernah mencapai tujuan.
Untuk
dapat memahami konsep pendidikan jasmani dengan benar maka seoarang guru
penjas dituntut untuk mengerti makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani
itu secara utuh dan enyeluruh. Artinya seorang guru penjas harus memahami
tentang filosofis dari pendidikan jasmani yang mencakup tiga syarat:
1.
Seorang guru pendidikan jasmani
harus paham terhadap definisi dari pendidikan jasmani.
2.
Seorang guru pendidikan
jasmani harus paham tentang kemanfaatan dari pendidikan jasmani.
3.
Seorang guru pendidikan jasmani
memahami bagaimana untuk melaksanakannya.
Pertama
memahami definisi dari pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan seorang
guru pendidikan jasmani untuk menempatkan kedudukan dari mata pelajaran yang
diampunya terhadap mata pelajaran yang lain. Guru pendidikan jasmani
harus mampu memposisikan bahwa pendidikan jasmani itu setara dan sama
pentingnya dengan mata pelajaran yang lain. Hal yang mendasari bahwa pendidikan
jasmani setara dan sama pentingnya dengan mata pelajaran yang lain adalah
karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Artinya aspek
yang akan dikembangakan dari peserta didik melalui proses pembelajaran dari
setiap mata pelajaran tentu berbeda. Karena pada mata pelajaran selain
pendidikan jasmani (ilmu alam, ilmu sosial dan matematika) aspek yang
dikembangkan dari peserta didik adalah aspek kecerdasan otak (kognitif) dan
aspek afektif. Sehingga untuk mengembangkan aspek fisiknya (yang mencakup
psikomotor) merupakan tanggung dari mata pelajaran pendidkan jasmani
sepenuhnya. Sehingga inilah maksud dari makna “bagian integral dari
pendidikan keseluruhan”. adalah bagaimana memposisikan kedudukan pendidiakn
jasmani sebagai mana penjelasan di atas.
Selama ini
yang terjadi para guru pendidikan jasmani memahami konsep dari pendidikan jasmani
“bagian integral dari pendidikan keseluruhan” adalah memandang pendidikan
jasmani itu sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sama halnya dengan mata
pelajaran lainnya. Sehingga kecendrungan keberadaan dari pendidikan jasmani
juga untuk mengembangkan aspek kognitif peserta didik. Yang harus disadari oleh
guru pendidikan jasmani bahwa kecerdasan yang merupakan hasil dari fungsi otak,
merupakan bagian dari tubuh secara keseluruhan. Apabila satu diantara organ
bagian tubuh terganggu karena sakit, maka seluruh sistem organ tubuh ikut
terganggu pula. Hal ini dikeranakan seluruh organ yang ada dalam tubuh saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu keberadaan pendidikan
jasmanai di sekolah adalah untuk mempersiapkan tubuh sebagai pondasi dasar
untuk mengembangakan segala potensi dari peserta didik baik ranah
kognitif, afektif dan psikomotor yang semuanya bersemayam dalam tubuh.
Kedua guru
pendidikan jasmani harus memahami manfaat dari pendidikan jasmani. Jika
berbicara tentang manfaat maka seorang guru pendidikan jasmani harus
bertanya pada dirinya, untuk apa saya ada disini (ada di sekolah)?, apa yang
akan saya berikan untuk sekolah? untuk peserta didik? Pertanyaan-pertanyan di
atas merupakan dasar bagi seoarang guru untuk memahami tentang
kemanfaatan dari pendidikan jasmani. Oleh karena itu seorang guru pendidikan
jasmani agar supaya pendidikan jasmani dapat memberikan manfaat maka ia harus
mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Berdasarkan pengertiannya bahwa
tujuan dari pendidikan jasmani “meningkatkan individu secara organik,
neomusular, intlektual, dan emosional”. Yang menjadi penekanan dalam tujuan
pendidikan jasmani yang utama adalah faktor perkembangan peserta didik dari
sisi perkembangan organik serta perkembangan neomuskular. Bericara tentang
perkembangan organik dan neomuscular maka akan berkaitan tentang kondisi fisik
secara keseluruhan. Berkembangnya fungsi organ (organik) dan sistem
syaraf (neouscular) peserta didik, hal ini erat kaitannya dengan fungsi dan
sistem kerja oragan itu secara maksial. Oleh karena itu agar seluruh sistem ini
dapat berfungsi dengan baik maka syarat utama adalah peserta didik
harus berbadan sehat. Derajat kesehatan peserta didik dapat dilihat dari
kesegaran jasmaninya. Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani maka dapat
dipastikan fungsi organ dan sistem syaraf akan berfungsi secara optimal.
Peran dan
fungsi pendidkan jasmani yang utama di sekolah adalah bagaimana seluruh
warga sekolah, terutama peserta didik agar senantiasa terus dalam keadaan
sehat. Karena dengan kondisi badan sehat peserta didik dapat belajar dengan
tenang tanpa mengalami gangguan. Tubuh perseta didik yang sehat ditandai dengan
berfuingsinya seluruh organ secara normal dan maksial pada saat belajar,
sehingga menghasilkan daya konsentrasi yang tinggi untuk dapat menerima materi
pelajaran. Agar dapat menghasilkan daya konsentarsi yang tinggi maka
diperlukan asupan oksigen (O2) ke otak. Banyaknya asupan oksigen (O2)
sangat tergantung dari kualitas sistem peredaran darah yang ada. Sedangkan
sitem peredaran darah dipengaruhi oleh kapasitas kerja jangtung. Kapasitas
kerja jangtung erat kaitannya dengan kondisi kesegaran jasmani. Oleh karena itu
agar peserta didik memiliki daya konsentrasi yang tinggi maka syarat utama adalah
harus memilki tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Selama ini
banyak para guru pendidikan jasmani memahami fungsi dari pendidikan jasmani
adalah sama seperti mata pelajaran yang lain. Sehingga tujuan yang akan di
capai di dalam pembelajaran sama seperti dengan mata pelajaran yang lain.
Sedangkan aspek yang seharusnya dikembangkan sebagai tujuan utama, dari peserta
didik malah diabaikan. Sehingga yang terjadi saat ini dirasakan mata pelajaran
pendidikan jasmani dianggap menjadi tidak penting oleh kebanyakan guru bahkan
oleh para kepala sekolah. Mengapa demikian? karena mata pelajaran
pendidikan jasmani selama ini dirasakan tidak memberikan kontribusi yang
berarti bagi dunia pendidkan. Bahkan materi-materi dalam pembelajaran dalam
pendidikan jasmani bagi para peserta didik menjadi beban tambahan baru. Hal ini
disebakan karena harus banyak menghafal segala kejadian-kejadian dan fenomena
dalam dunia olahraga yang sebenarnya tidak memberikan manfaati dalam kehidupan
nyata.
Ketiga
guru pendidikan jasmani harus paham bagaimana melaksanakan pembelajaran
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani dirasakan memberikan manfaat apabila
guru pendidikan jasmani mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Sehingga
untuk dapat mencapai tujuan maka syarat utama adalah pelaksanaan di dalam
pembelajaran harus mencerminkan pencapain dari tujuan pendidikan jasmani.
Artinya rancangan dan pelaksanaan proses dari pembelajaran pendidikan jasmani
memang benar-benar mengarah pada sasaran yang akan di capai dalam tujuan pendidikan
jasmani. Sehingga muatan dan arah dari pembelajaran yang dilakukan berisikan
aktivitas-aktivitas jasmani yang mampu menimbulkan minat seluruh peserta
didik untuk secara aktif berpartisipasi.
Sehingga
bentuk pembelajaran pendidikan jasmani pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran bukanlah ditekankan pada pencapaian penguasaan keterampilan
gerak cabang olahraga bagi peserta didik. Melainkan bagaimana peserta
didik tersebut harus memiliki kesegaran jasmani melalui aktivitas-aktivitas
yang ia sukai dengan cara apapun. Aktivitas yang menjadi media dalam pencapaian
kesegaran jasmani tidak terbatas pada satu cabang olahraga ataupun diarahkan
pada cabang olahraga tertentu. Pesrta didik diberi kebebasan untuk memilih
satu, dua atau lebih cabang olahraga yang ia sukai. Selain untuk mengembangakan
gerak multilateral penekanan yang utama adalah untuk mencapai kesegaran
jasmaninya.
2. Dualisme
Profesi pada Guru Penjas
Seorang
guru pendidikan jasmani sebenarnya pada dirinya telah melekat dualisme profesional
yang selama ini mungkin tidak disadari. Artinya ia sebagai pendidik dan
juga sekaligus sebagai seorang pelatih. Artinya sebagai pendidik atau guru maka
tak kala ia sedang berada di depan kelas pada saat pembelajara berlangsung
(intrkurikuler). Namun ia juga sebagai seorang pelatih pada saat proses
berlangsungnya latihan yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah
(ekstrkurikuler). Sehingga kesalahan yang terjadi selama ini adalah
tertukarnya peran dari dualisme yang ada pada diri guru pendidikan jasmani.
Jika proses pembelajaran yang dilaksanakan disekolah menekankan peserta
didik untuk mampu menguasai teknik keterapilan cabang olah raga, maka tentunya
implikasi dari pencapaian teknik keterapilan adalah berorientasi pada
efektifitas gerak untuk mencapai hasil prestasi maksial. Sebenarnya
jika ini yang telah dilakukan oleh seluruh guru pendidikan
jasamani maka kesalahan dalam pelakasanaan pendidkan jasmani telah
terjadi selama ini. Karena tugas ini merupakan tugas seorang
pelatih. Karena tugas utama seorang guru pendidkan jasmani adalah mengupayakan
agar peserta didik sehat dan bugar. Sehingga seharusnya jika pada saat
pelaksanaan pembelajaran di sekolah maka atribut yang ia pakai adalah baju guru
pendidikan jasmani yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kesegaran
jasmani. Sedangakan pada saat ia melatih maka ia menggunakan baju pelatih
yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kemapuan gerak maksial, yang
mengarah dengan keterapilan gerak.
3. Sistem Penilaian Belajar (Evaluasi
belajar)
Keberadaan evaluasi dalam pembelajaran memiliki peran yang
sangat penting selain berguna untuk mengukur sejauh mana keberhasilan yang
telah dicapai, hasil dari evaluasi juga dapat di gunakan untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
pendidikan jasmani pelaksanaan evaluasi juga dilaksanakan oleh guru yang
biasanya hanya untuk menetukan nilai diakhir proses pembelajaran sebagai
nilai raport. Sedangkan memanfaatkan hasil evaluasi yang berfungsi untuk mengembangkan
dan meningkatkan mutu pembelajaran masih sangat minim dilakukan dikalangan guru
pendidkan jasmani.
Berdasarkan pendekatan penilaian pembelajaran yang lazim
digunakan oleh para guru sebenarnya mengacu pada dua pendekatan yaitu
pendekatan yang menggunakan acuan norma (PAN) dan penilaian yang menggunakan
acuan paktokan (PAP). Pada pendidikan jasmani pendekatan selama ini yang
sering digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah melakukan penilaian
menggunakan acuan norma (PAN). Prosedur penilaian yang digunakan berupa
format-format penilaian sebagai pedoman selama melaksanakan pengamatan
terhadap objek pengamatan (peserta didik). Sedangkan tujuan dalam penilaian
yang digunakan pada pendekatan acuan norma (PAN) adalah untuk mengukur kemampuan
keterampilan yang harus sudah dikuasai oleh peserta didik.
Penilaian yang menggunakan acuan patokan (PAP) dalam
pendidikan jasmani oleh kebanyakan guru sering tidak dipergunakan dalam prosese
pembelajaran. Pendekatan pada penilaian ini sebenarnya jauh lebih mudah jika
dibandingkan, karena alat tes yang diperlukan sudah tersedia. Pada mata
pelajaran pendidikan jasmani pendekatan penilaian yang menggunakan acuan
patokan adalah Tes kesegaran jasmani. Patokan yang dimaksud adalah standar yang
dipakai untuk menilia seluruh peserta didik sama tanpa ada pembedaan status.
Tidak ada peserta didik yang merasa diperlakukan tidak adil karena kriteria
yang dipakai hanya satu dan sudah jelas. Sedangkan yang menggunakan acuan norma
terkadang peserta didik lebih sering dirugikan, karena sangat tergantung dari
subjek yang mengamati. Rasa sujetivitas sangat kental dikarenakan banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur yang bersifat datangnya dari diri observer.
Secara konseptual pendekatan penilaian yang sangat ideal
untuk mengukur keberhasilan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
mata pelajaran pendidikan jasmani adalah dengan menggunakan pendekatan acuan
patokan. Hal ini dikarenakan tujuan yang akan diukur berupa hasil pencapaian
kondisi kesegaran jasmani yang telah memiliki kriteria penilaian yang sudah
ditentukan. Sehingga pada saat pelaksanaan pengukuran tingkat kesalahan lebih
kecil. Karena pada prinsipnya untuk melakukan pengukuran hasil akhir (produk)
lebih mudah jika dibandingkan dengan untuk mengukur sebuah proses.
Sedangkan produk atau hasil yang mudah dilihat dan secara langsung dapat
dirasakan manfaatnya oleh peserta didik pada mata pelajaran pendidikan jasmani
adalah tingkat kesegaran jasmani.
Kecendrungan selama ini yang terjadi pada proses
pembelajaran kebanyakan guru pendidikan jasmani sebenarnya melakukan pengukuran
terhadap proses, sehingga lebih menyulitkan pada saat melakukan pengukuran,
dan hasil penilaian yang diperoleh kurang ojektif. Sehingga akhirnyanya
peserta didik yang dirugikan. Mengapa demikian? karena keterampilan gerak
merupakan bagian dari aktivitas untuk mencapai kesegaran jasmani.
Akumulasi-akumulasi dari gerak secara keseluruhan yang dilakukan selama
beraktivitas sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat inilah yang akan membuat
peserta didik mencapai kesegaran jasmani.
Pengukuran dengan menggunakan pendekatan PAP melalui
prosedur secara benar akan menghasilkan keakuratan nilai yang dapat
mengambarkan tingkat pencapaian prestasi dari peserta didik. Hasil
pencapaian prestasi dari peserta didik merupakan indikator keberhasilan dari
proses pembelajaran. Melalui hasil dari pengukuran yang kemudian diolah dan
dianalisis akan mendapatkan suatu kesimpulan dari arah pengembangan pembelajaran.
Melalui hasil pengukuran akan diketahui berapa persen peserta didik telah
mencapai atau melewati batas pencapaian kesegaran jasmani, sehingga hasil dari
pengukuran ini dijadikan dasar untuk melakukan program remidial. Bagi
peserta didik yang belum mampu mencapai batas minimal yang ditetapkan maka
diberikan kesepatan untuk mengulang sampai mampu mencapai atau melewatinya.
Sedangkan untuk peserta didik yang sudah mampu untuk mencapai atau melewati
batas minimal tugas mereka adalah mengembangkannya atau setidaknya
senantiasa selalu mempertahankan kesegaran jasmani yang sudah dicapai.
Program remidial yang diberikan untuk peserta didik yang
belum mampu mencapai batas minimal hanya terfokus pada aspek dimana
peserta dididik belum mampu mencapai atau melewati batas minial. Sehingga
dengan diberikan kesempatan diharapkan peserta didik akan mampu mencapainya.
Sebenarnya semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama untuk dapat
mencapai batas minimal yang telah ditentukan hanya saja persolan waktu yang
membedakan.
Aspek penilaian dalam kesegaran jasmani secara baku
sudah ditetapkan yang mencakup beberapa komponen, namun untuk keperluan
pembelajaran dapat dilakukan modifikasi pengembangan disesuaikan dengan
kebutuhan, yang terpenting jangan menghilangkan aspek dasar dari faktor
daya tahan. Pada dasarnya program remidial yang diberikan kepada peserta
didik adalah supaya seluruh peserta didik dapat mencapai ketuntasan dari tujuan
pendidikan jasmani.
Pelaksanaan pengukuran untuk ranah kognitif pada mata
pelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dalam bentuk tertulis. Namun arah
pengukuran sebaiknya dilaksanakan untuk mendeteksi tentang sikap atau motivasi
mereka terhadap aktivitas yang mereka telah lakukan. Pengkuran tes tertulis
yang dilakukan pada mata pelajaran pendidikan jasmani erat hubungannya dengan
pengukuran untuk ranah afektif. Adapun bentuk tes yang dilakukan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka ataupun bentuk pertanyaan
pilihan ganda yang menggali informasi tentang motivasi untuk mencapai kesegaran
jasmani sebagai bentuk tanggung jawab seorang peserta didik. Jika hasil
yang diperoleh dalam tes tertulis menunjukan nilai baik maka secara
positif seharusnya kesegaran jasmaninya harus baik pula secara linier.
Namun apabila pada tes tertulis menunjukan nilai baik sedangkan tingkat
kesegaran jasmaninya rendah maka hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara
kenyataan dalam pengukuran tentang tingkat kesegaran jasmani dan tes secara
tertulis. Atas dasar inilah penetapan nilai afektif siswa dapat ditentukan oleh
guru pendidikan jasmani. Mengenai indikator penilaian afektif dapat ditentukan
oleh guru seperti; tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, kepedulian,
kerjasama dan lain-lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mengetahui
aspek afektif yang melibatkan orang lain (kerjasama) dapat diketahui melalui
aktivitas apa yang digunakan untuk meraih kesegaran jasmani.
Selama ini pendekatan pengukuran ranah kognitif yang
dilakukan oleh guru pendidikan jasmani adalah mengukur kejadian yang terjadi
seputar peristiwa dalam olah raga yang merupakan informasi dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan menghapal ukuran-ukuran lapangan dan alat-alat
olahraga yang sebenarnya tidak ada hubungan secara positif dapat untuk meningkatkan
kesegaran jasmani. Bahkan ada juga untuk mengukur kemampuan kognitif dilakukan
dalam tes tertulis menanyakan tentang bgaimana cara melakukan teknik
keterapilan.
Kemampuan keterampilan gerak yang dikuasai oleh peserta
didik sebenaranya dapat diketahui melalui permainan yang dilakukan pada saat
beraktivitas. Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani maka akan semakin baik
kualitas keterapilan yang dikuasai. Karena untuk memiliki kesegaran jasmani
diperlukan aktivitas yang tinggi. Pada saat beraktivitas sebenarnya telah
terjadi pengulangan-pengulangan dari teknik keterapilan yang dilakukan secara
tidak disadari oleh peserta didik secara bersungguh-sungguh. Oleh karena itu
dengan diketahui tingkat kesegaran jasmani peserta didik maka secara langsung
dapat pula diketahui terhadap penguasaan keterapilan gerak. Seorang peserta
didik yang mengusai teknik keterampilan melakukan sutting pada bola basket
dengan baik belum tentu akan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik,
karena bisa jadi yang dilatih hanya teknik suttingnya saja secara terus menerus
setiap hari. Namun seorang peserta didik yang memiliki kesegaran jasmani yang
baik diperoleh melalui aktivitas permainan bola basket dengan sendirinya pasti
akan memiliki kemampuan keterapilan sutting yang baik.
B.
Olahraga Sebagai Fenomena Sosial
Dalam
kaitannya dengan olahraga sebagai fenomena sosial dalam sosiologi olahraga ini
sangat dikaitkan dengan perkembangan sosial budaya manusia yang sehat jasmani
dan rohani, hal ini merupakan pembentukan perkembangan hubungan interaksi
dengan masyarakat sekitar. Fenomena sosial ini jika dipahami dan dimengerti
bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan yang sangat penting yaitu
memberikan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsungdalam
berbagai pengalaman belajar melalui interaksi dengan sesama masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lain baik itu dari lapisan masyarakat yang
pendidikannya rendah sampai masyarakat yang berpendidikan tinggi.
Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak fenomena sosial yang berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakat. Hal itu sejalan dengan perkembangannya olahraga akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Olahraga sebenarnya merupakan suatu bagian dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini ditunjukkan, didalam pendidikan olahraga dan ilmu pengetahuan olahraga adalah pendekatan bio-medical, dan sebagai kegiatan organis tubuh manusia saja (STO, 1976), yaitu menurut pendekatan yang selama ini mendominasi pengetahuan olahraga, maka prestasi-prestasi para atlet itu ditentukan oleh kondisi fisik yang sempurna semata-mata (Lueshen, 1998). Kalau dijabarkan, maka menurut pendekatan ini, faktor-faktor yang menentukan suatu prestasi dari suatu kegiatan olahraga dari para atlet itu adalah dimulai dari faktor-faktor kondisi organis dari tubuh yang dianggap paling menentukan ke kepribadian dan sosial, dan lalu faktor-faktor kebudayaan.
Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak fenomena sosial yang berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakat. Hal itu sejalan dengan perkembangannya olahraga akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Olahraga sebenarnya merupakan suatu bagian dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini ditunjukkan, didalam pendidikan olahraga dan ilmu pengetahuan olahraga adalah pendekatan bio-medical, dan sebagai kegiatan organis tubuh manusia saja (STO, 1976), yaitu menurut pendekatan yang selama ini mendominasi pengetahuan olahraga, maka prestasi-prestasi para atlet itu ditentukan oleh kondisi fisik yang sempurna semata-mata (Lueshen, 1998). Kalau dijabarkan, maka menurut pendekatan ini, faktor-faktor yang menentukan suatu prestasi dari suatu kegiatan olahraga dari para atlet itu adalah dimulai dari faktor-faktor kondisi organis dari tubuh yang dianggap paling menentukan ke kepribadian dan sosial, dan lalu faktor-faktor kebudayaan.
Didalam
kenyataan, justru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu suatu prestasi olahraga
yang hebat tidaklah semata-mata ditentukan oleh suatu prestasi olahraga yang
hebat tidaklah semata-mata ditentukan oleh suatu kondisi fisik yang sempurna
tetapi bahkan sebaliknya ditentukan oleh suatu jumlah kontrol yang merupakan
sebagian dari struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat yang
bersangkutan. Dengan demikian, kalau dijabarkan maka urutan-urutan dari suatu
prestasi olahraga terjadi dari kebudayaan yang merupakan faktor yang paling
menentukan ke faktor factor sosial,lalu ke kepribadian dan yang terakhir adalah
faktor-faktor organik dari tubuh atlet yang bersangkutan. Dalam tulisan ini,
yang akan diuraikan olahraga sebagaimana dilihat dari pandangan ilmu-ilmu
sosial, dan khususnya hubungan antara olahraga dengan masyarakat dan
kebudayaan. Dan pentingnya studi-studi tentang olahraga bagi perkembangan
teori-teori ilmu-ilmu sosial dan bagi kepentingan-kepentingan praktis.
Berbicara
tentang sosiologi olahraga kaitanya dengan olahraga sebagai fenomena sosial,
maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hubungannya dengan perkembangan
interaksi masyarakat atau anak didik dalam mengembangkan sosialisasi
perkembangan olahraga. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh
terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan
akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak
pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia
dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan
secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia
oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk
kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai
tujuan akhir. Sejalan dengan pendidikan yang penulis uraikan diatas maka
dalam sejarah dan perkembangan pendidikan olahraga di Indonesia penulis dapat
menarik suatu garis yang kian lama kian menanjak. Masyarakat Indonesia yang
dinamis akan mengakui bahwa persekutuan hidup itu hidup dan tidak hanya
mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja bahkan juga
mengalami pengaruh zaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti
sekarang ini. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan
tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan
untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira. Tetapi kini kita
menghadapi kubu-kubu yang kuat baik yang merupakan alam pikiran, sikap hidup,
tradisi dan kebiasaan yang semuanya adalah peninggalan penjajahan ditambah
dengan feodalisme semenjak 350 tahun yang lalu. Dan kadang-kadang kubu-kubu itu
tidak dapat kita lihat tetapi dapat kita rasakan karena sembunyi di dalam diri
manusia. Karena itu kita harus menyelami alam pikiran pandangan dan sikap
seseorang untuk dapat membantu dia membuang sisa-sisa penjajahan yang masih
bersarang dalam dirinya untuk secara sadar membantu gerakan olahraga.
Dalam hal
ini prestasilah yang memegang peranan dan merupakan faktor yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat
nama dan mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang
tinggi oleh seorang olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga
Negara, rasa bangsa yang sebesar-besrnya, semangat kebangsaan yang
menyala-nyala dan jiwa persatuan yang sehebat-hebatnya sehingga terbangkit
kekuatan-kekuatan baru pada dirinya dan mempunyai hasrat yang benar untuk ikut
di dalam gerakan keolahragaan. Dalam dunia keloahragaan banyak kaitannya dengan
bagaimana cara beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, Maka ilmu
pendidikan sosiologi harus di fahami dan diterapkan oleh masyarakat terutama
para olahragawan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan
sejarah meruapakan cerminan masa lalu tentang kejadian-kejadian yang begitu
erat kaitannya dengan kondisi saat ini. Jika tidak belajar dari sejarah maka
sangat besar kemungkinannya apa yang terjadi pada masa lalu akan terulang
kembali untuk saat sekarang. begitu pula halnya dengan pendidikan jasmani akan
banyak memberikan manfaat jika kita mau belajar dari awal pergerakan masa
kemerdekaan.
Peran
pendidikan jasamni dipandang hal yang sangat penting sebagai alat yang dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme, namun hal yang perlu menjadi catatan khusus
adalah melalui pendidikan jasmani pula para pejuang dapat berperang melawan
penjajah karena badan para pejuang dalam keadaan sehat. Sehingga dengan peran
pendidikan jasmani yang dulunya dikenal dengan istilah gerak jasmani tubuh
pemuda Indonesia terbentuk menjadi badan yang sehat sehingga mampu dan siap
untuk berjuang.
Kemunduran
peran jasamni dirasakan setelah diberlakukannya kurikulum secara resmi tertuang
dalam undang-undang. Sebenarnya kurikulum saat ini lebih mengagunggkan aspek
kecerdsan otak atau intelegensi. sehingga peran dari pendidikan jasmani
dikesampingkan dan dipandang tidak perlu, terbukti dari kurikulum yang
ada jam mata pelajaran pendidikan jasmani hanya 2-3 jam pelajaran tatap muka
setiap minggu. Wajar saja bila pendidikan jasmani menjadi tidak
berkembang dikrenakan secara kebijakan pemerintah kurang mementingkan aspek
jasmani.
Pengaruh
yang tak kalah penting dan perlu menjadi perhatian khusus adalah karena faktor
pamahaman konsep tentang pendidikan jasmani oleh para guru penjas.
Pengaruh dari pemahaman konsep ini akan berdampak pada penilaian yang digunakan
dalam pemebelajaran oleh guru sebagai alat kontrol dari proses pembelajaran.
Dengan memiliki pemahaman konsep yang benar oelh para guru penjas maka akan
dengan sendirinya dapat melaksanakan, menilai pembelajaran untuk mencapai
kesegaran jasmani. Dan hal ini merupakan permasalahan yang menantang,
penulis sangat tertarik untuk bisa dijadikan sebagai penelitian tentang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani yang lihat dari aspek pemahaman
konsep dan pendekatan penilaian yang dipakai guru saat pembelajaran terhadap
pencapaian kesegaran jasmani peserta didik disekolah.
Saran-saran
1.
Hendaknya kita selalu belajar dari
pengalaman masa lau untuk dapat melangkah menuju masa depan yang lebih baik.
2.
segala kesalahan yang trejadi pada
masa lampu jangan sampai terulang kemabli pada masa sekarang dan yang akan
datang.
3.
Salah satu cara untuk mewujudkan
bukti eksistensi pendidikan jasmani terhadap dunia pendidikan di sekolah adalah
dengan cara memberikan kontrbusi secara nyata yaitu pencapaian kesegaran
jasmani kepada peserta didik.
4.
Diharapkan para guru pendidikan
jasmani memiliki pemahaman konsep tentang pendidikan jasmani dengan benar
sehingga mengetahui tujuan, arah dan cara malaksanakan pendidikan jasmani untuk
mencapai tujuannya.
Daftar
pustaka
Komentar
Posting Komentar