AHMAD
SYARIF BURHAN
JURURASAN
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
PASCA
SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2013
ETIKA
DAN MORAL DALAM PENJAS DAN OLAHRAGA
I.
Pendahuluan
Salah
satu masalah penting dalam kehidupan di tanah air ini adalah etika dan moral,
pendidikan jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan anak
memberikan suatu pengayaan dalam etika dan moral di masyarakat.Mengajarkan
etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan lebih baik baik
dari kata-kata. Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan,
kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi.
Permaslaahan yang dihadapi bangsa ini berada pada ETIKA dan MORAL anak didik.
Pendidikan Jasmani dianggap dapat membawa pesan etika dan moral ini sebagai
pengayaan karena dari gerak, dapat langsung diberikan contoh tentang etika dan
moral yang sesuai dengan bangsa Indonesia.
Bukankah tujuan akhir dari pendidikan jasmani adalah sebagai wadah penyempurnaan watak dan wahana memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat,watak yang baik, dan sifat yang mulia. Saat ini, banyak anak didik yang tak mau mengikuti pendidikan jasmani karena terkesan membosankan. Padahal dari pendidikan inilah guru mampu menanamakan dan melihat perubahan perubahan perkembangan karakter anak didiknya. baik dari segi etika dan moral maupun tubuhnya. Barangkali bentuk pendidikan jasmani perlu disesuaikan kembali agar anak didik tidak mudah jenuh dan bosan dalam mengikutinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain susana dan iklim di sekolah perlu mencerminkan penghargaan nyata atas nilai nilai kepribadian. juga tindakan nyata dan penghayatan hidup dari pra a pendidik agar bisa menjadi teladan bagi anak didiknya, para pendidikan harus bersandar teguh pada pentingnya sikap dan perilaku positif.serta sisipkan pendidikan budi pekerti pada setiap kesempatan pengajaran.
Bukankah tujuan akhir dari pendidikan jasmani adalah sebagai wadah penyempurnaan watak dan wahana memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat,watak yang baik, dan sifat yang mulia. Saat ini, banyak anak didik yang tak mau mengikuti pendidikan jasmani karena terkesan membosankan. Padahal dari pendidikan inilah guru mampu menanamakan dan melihat perubahan perubahan perkembangan karakter anak didiknya. baik dari segi etika dan moral maupun tubuhnya. Barangkali bentuk pendidikan jasmani perlu disesuaikan kembali agar anak didik tidak mudah jenuh dan bosan dalam mengikutinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain susana dan iklim di sekolah perlu mencerminkan penghargaan nyata atas nilai nilai kepribadian. juga tindakan nyata dan penghayatan hidup dari pra a pendidik agar bisa menjadi teladan bagi anak didiknya, para pendidikan harus bersandar teguh pada pentingnya sikap dan perilaku positif.serta sisipkan pendidikan budi pekerti pada setiap kesempatan pengajaran.
II.
Pembahasan
A.
HAKIKAT
ETIKA
Istilah etika dan moral secara
etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani,ethike yang
berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas
sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas
mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku bangsa. Moral berasal dari
kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama
(Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat
membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan
suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz MagnisSuseno,1989).
Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran.
Jadi etika dan ajaranajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk
memahami etika, maka kita harus memahami moral. Dalam etika mengembangkan diri,
Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak
asing baginya, yaitu nilainilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung
jawab moral, estetis danreligius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun
nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler
dikemukan sebagai berikut: mengembangkan diri, melepaskan diri dan menerima
diri.
B. HAKIKAT
MORAL
Moral berasal dari kata Latin,mos dan dimaksudkan sebagai
adatistiadat atau tata krama. (Rusli Lutan)Etika tidak mempunyai pretensi untuk
secara langsung dapat membuatmanusia menjadi lebih baik. Istilah moral
dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan niat.
Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika
terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa
etika juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan
kehidupan yang baik berbagi dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral
selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah
bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Perkembangan moral adalah proses,
dan melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang
diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977). Pada dasarnya seseorang yang
konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai seseorang yang bermoral.
Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg,
1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai
model atau tauladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang
menunjukkan perilaku berlandasan nilai yang diharapkan. Untuk memahami moral
Kohlberg (1981) dan Rest (1986) menyatakan bahwa pemahaman moral berpengaruh
langsung terhadap motivasi danperilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu
kuat. Hubungan erat pada empati, emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial,
pengalaman.
C.
HAKIKAT KARAKTER
Karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter,
kharassein, dan kharax, yang maknanya “tools for marking”, “to
engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan
(kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian
masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi
bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan
sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah
proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik,
menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah
huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain,
demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
(termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’ tercela).
Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya
mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin
tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi
mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan
ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan
praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom
(kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Masalahnya, bila
orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter
(terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin
buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih
sempurna jika ditambahkan menjadi knowledge is power, but character is
more. Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya
yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli.
Pendidikan dan pembelajaran olahraga termasuk pengajaran yang seharusnya
bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusiamanusia
yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar
menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.
D.
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA
Pendidikan
adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian,
termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu
melibatkan dimensi sosial,Karena Pendidkan Jasmani adalah bagian integral
pendidikan secara keseluruhan yang berarti bahwa mempunyai peranan penting
dalam hal dunia pendidikan disamping kriteria yang bersifat fisikal yang
menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk “kebolehan’. Dimensi sosial ini
melibatkan hubungan antar orang, antar peserta didik sebagai sebagai
fasilitator atau pengarah. Model pendidikan yang paling tepat untuk menggali
potensi dan memandirikan anak adalah model eksploratif. Sehingga keberhasilan
dan kegagalan bukan semata-mata diukur dengan instrumen intelektual. Pendidikan
jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan anak memberikan suatu
pengayaan dalam etika dan moral di masyarakat.
Mengajarkan
etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan lebih baik baik
dari kata-kata. Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan,
kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi dan kedisiplinan.
Disiplin
diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter
seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian: (1) Suatu kualitas positif
yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi
seseorang; dan (3) Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang
eksentrik Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian
yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya karena Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk
mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik,
aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan
yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang
penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak
turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Istilah
pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu
proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani
menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik Pendidikan jasmani berarti
program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya
terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Olahraga (sport) yang merupakan
kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan
geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin olehnya itu Pendidikan
olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang
olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabangolahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil
‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak
menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai.
E. PENGAJARAN
ETIKA DAN MORAL MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
Sebagai
dasar dari defenisi pendidikan jasmani yang mengatakan bahwa bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan yang sangat jelas bahwa pendidikan jasmani
mempunyai peranan yang sangat sentral didunia pendidikan oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa
Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap
orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di
sekolah. Menurut Johansyah Lubis (2007) pendidikan nilai di sekolah yang bisa
diangkat yaitu:
1. Seluruh suasana dan iklim di sekolah
sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di
keluarga dan masyarakat luas.
2. Tindakan nyata dan penghayatan hidup
dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai
yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif
berpengaruh pada peserta didik.
3. Semua pendidik di sekolah, terutama
para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik
secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya
sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
4. Secara kurikuler pendidikan nilai
yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran
tersendiri,
5. Melalui pembinaan rohani siswa,
melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata,
lomba, kelompok studi, dan teater.
Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina
melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup
mendalam dengan peserta didik (Johansyah Lubis, 2007). Freeman (2001: 210)
dalam buku Physical Education and Sport in A changing Society menyarankan 5
area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu : 1) Keadilan dan persamaan,
2) Respek terhadap diri sendiri. 3) Respek dan pertimbangan terhadap yang lain,
4) Menghormati peraturan dan kewenangan , 5) Rasa terhadap perspektif atau
nilai relatif. Pendidik jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan
karakter, karakter menurut David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat
kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus yang menampilkan : compassion
(rasa belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship
(ketangkasan) dan integritas. Dengan adanya rasa belas kasih, murid
dapat diberi semangat untuk melihat lawan sebagai kawan dalam permainan,
sama-sama bernilai,samasama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan
tidak keberpihakan, sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga
melibatkan berusaha secara intens menuju sukses. Integritas memungkinkan
seseorang untuk membuat kesalahan pada yang lain, sebagai contoh meskipun
tindakannya negatif penerimannya oleh wasit, teman satu tim ataupun fans.
F. ETIKA
DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Pokok-pokok
etika dan moral dalam kehidupan berbangsa merupakan acuan bagi pemerintah dan
seluruh bangsa Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan meningkatkan mutu
kehidupan berbangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam TAP MPR Nomor VI/MPR/2001
mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 tersebut, diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan
etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mengedepankan
kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian,
sikap toleransi, rasa malu, tanggun jawab, menjaga kehormatan serta martabat
diri sebagai warga negara.Dengan konflik sosial yang berkepanjangan, berkurangnya
sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya kejujuran dan
sikap amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap ketentuan hukum dan
peraturan yang merupakan krisis multidimensi yang menjadi ancaman yang serius
terhadap persatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika dan
moral dalam kehidupan berbangsa yang berasal dari kurangnya penanaman etika dan
moral sejak dini yang sehingga banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan
secara berkelanjutan.Dari beberapa alasan tersebut yang menjadi penghambat
sekaligus menjadi ancaman tersebut dinyatakan akan dapat mengakibatkan bangsa
Indonesia mengalami kemunduran dan ketidakmampuan dalam mengaktualisasikan
segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai persatuan, mengembangkan
kemandirian, keharmonisan dan kemajuan.
Oleh sebab
itu diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali warga bangsa
dan mendorong revitalisasi khazanah etika dan moral yang telah ada dan bersemi
dalam masyarakat sehingga menjadi salah satu acuan dalam kehidupan berbangsa.
Para ahli mengatakan bahwa salah satu penanaman etika dan moral dalan manusia
adalah dengan perbuatan yang artinya tindakan lebih baik dari pada kata-kata.
Dari pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa
dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada
umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran
pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan pengajaran
dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan keterbatasan waktu
yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk etika dan moral yang
baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama baik bangsa dimata
dunia. Pepatah mengatakan kalau bukan dari sekarang kapan lagi.
III.
PENUTUP
Sesuai dengan defenisi konsep Pendidikan jasmani adalah
bagian integral pendidikan secara keseluruhan dan sebagai alat pendidikan
mempercepat anak dalam mengembangkan konsep tentang moral. Mengamati realitas
moral secara kritis, akan lebih dekat pada bentuk permainan, dimana mengamati
realitas moral merupakan pendidikan etika. Dalam permainan compassion,
fairness, spormanship dan integritas sangat lekat didalamnya sehingga mampu memberikan
konsep pendidikan etika di dalamnya. Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat
harus dijaga untuk menjaga iklim lingkungan sosial yang baik, agar mendukung
pendidikan etika dan nilai. Guru pendidikan jasmani dapat mengajarkan nilai dan
etika diluar jam pelajaran, terutama saat ektra kurikuler, kegiatan pramuka,
organisasi klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang tepat dalam
pendekatan individu. Membuat mata pelajaran tentang budi pekerti, tetapi hal
ini perlu pembicaraan sesama seksama. Sehinga diharapkan Pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak
Dari pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa
dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada
umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran
pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan
pengajaran dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk
etika dan moral yang baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama
baik bangsa dimata dunia.
IV.
Daftar Pustaka
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38456499/Etika-Dan-Moral-Dalam-Pendidikan-Jasmani-Menuju-
Olahraga-Prestasi
Drs.
Desi Fernanda, M.Soc. Sc (2006), Etika
dan Moral Organisasi Pemerintah, Jakarta, Penerbit Lembaga Administrasi Negara RI
http://afifkhoirul.blogspot.com/2010/11/pengaruh-etika-dan-moral-dalam.html
Terima kasih pak telah berbagi melalui tulisan ini. Artikel ini sangat membantu..Salam Olahraga.
BalasHapus